Sabtu, 14 Januari 2017

Mendadak MC

Entah untuk yang keberapa kalinya saya ditunjuk untuk menjadi pembawa acara. Kalau proses penunjukan sehari sebelumnya atau semalam sebelumnya, itu masih bisa diatur. Setidaknya ada cuap-cuap kata indah yang bisa dikarang, atau menyiapkan baju kece yang akan digunakan. Tapi kalau proses penunjukan hanya beberapa menit sebelum acara, itu rasanyaaaaa -.-"

Belum lama, tetangga saya yang rumahnya hanya beberapa meter dari kediaman saya melangsungkan acara pernikahan. Sore hari sebelum acara resepsi, dilangsungkan acara seserahan dan akad nikah. Seperti ibu-ibu kepo yang lain, saya pun turut serta untuk menonton dipinggiran, dengan menggunakan celana training, kaos oblong panjang, kerudung bergo, dan muka berminyak karena baru kelar nyapu, cuci piring, dan pekerjaan domestik lainnya. Tamu memepelai laki-laki pun berdatangan. Tetiba suasana hening. Pak ketua RW bertanya entah kepada siapa, tapi terdengar jelas bahwa beliau bertanya "siapa MC nya? Mana yang jadi MC?" Entah dari belahan bumi bagian mana, terdengar seseorang nyeletuk "nindy aja Pak..."
"Hah!!!" (Praang!!!! Ada efek suasana piring berjatuhan) "siapa tuh yang bilang?nindy siapa sih maksudnya?" Saya bertanya-tanya dalam hati. "Itu Pak, nindy aja Pak. Tetangga saja menunjuk tepat ke arah saya. Disusul suara-suara lain "iya iya bener...nindy aja..." "oh no!!! Tidaak. Plis plis plis jangan.."(ucap saya dalam hati). Akhirnya saya pun berkata "ga bisa pak, belum ada persiapan. Susunan acaranya? Terus baju nindy kayak gini, kayak orang habis jogging. Ga mungkin kaaaan.." "udah gapapa.." ucap tetangga saya sembari mendorong. Dan jreng jreeeeeng semua tamu menatap saya yang minyakan ini...mendadak MC tanpa persiapan apapun -,-

Dan hari ini pun, saat sepupu saya, Yuli, menikah, mendadak saya ditunjuk untuk menjadi MC, hanya beberapa menit sebelum acara berlangsung.

Kenapa ya Tuhaaan??? Saya ingin mengikuti acara dengan tenaaaang...hahaa #lebay

Tapi dipikir pikir lagi, selama memang diperlukan, itu artinya saya bisa bermanfaat dan turut serta membuat acara bisa berlangsung...semoga saja..
:) (tapi plis, tidak dengan celana training, kaos oblong, dan muka berminyak, heheee)


Senin, 09 Januari 2017

CeritaJika#4: Jika Hari Esok Masih Milik Saya

Adalah hari ini, saya mulai belajar untuk lebih menikmati setiap detik yang saya miliki, setiap kondisi yang sedang saya alami, dan lebih menghargai perjumpaan dengan setiap nasabah yang bertransaksi. Dan efeknya luar biasa. Hari ini terasa lebih ringan dan menyenangkan.

Hari ini semenjak kantor dibuka hingga ditutup, saya berkecimpung dengan jutaan receh. Dulu rasanya sangat menyebalkan. Tapi tadi pagi di depan mereka saya berkata "hai receh. Bersiap-siaplah untuk aku rapikan hari ini. Kalian harus bersikap yang baik, okeyyy!" Dan saya pun tersenyum kepada "mereka". Dan ajaibnya proses perapihan terasa begitu menyenangkan.

Hari ini pun datang nasabah yang dikenal oleh orang sekantor menyebalkan. Tingkahnya selalu terlihat jutek dan sombong. Bismillah. Setelah mengucap salam, di tengah-tengah proses transaksi saya berkata sambil tersenyum tulus, yakin benar bahwa beliau adalah orang yang baik. Hari ini cerah ya Pak. Sangat mendukung kalau bapak punya banyak rencana di hari ini. Bapak itu pun tersenyum!!! Dan beliau menceritakan tentang rangkaian rencananya di hari ini. Selama bercerita, sangat jauh dari kesan jutek dan arrogant. Maka saya belajar, sungguh sangat merugi jika langsung menghakimi seseorang ini dan itu, tanpa kita mengenal lebih dekat dahulu orang yang bersangkutan.
Lihatlah lebih dekat kalau kata lagu petualangan sherina mah. "...Lihat segalanyaa lebih dekat, dan kau bisa menilai lebih bijaksana..." :)

Saya sudah berjanji kepada seseorang untuk tidak lagi berkecimpung pada masa lalu. Tapi seperti tidak dapat dicegah, bayang-bayang masa lalu kadang muncul tanpa permisi. Ada momen-momen yang ingin saya rubah.
Akan saya katakan "yuk ayo kita hujan-hujanan" saat via mengajak saya hujan-hujanan siang itu pukul dua siang di belakang asrama, ketika hujan deras sedang mengguyur dramaga. Tapi saya menolak. Padahal Baragkali itu akan menjadi momen berharga.
Akan saya katakan "ayo. Yuk". Saat nisa mengajak saya makan nasi pukul 12 malam. Tapi saya menolak. Padahal bisa jadi akan tercipta kenangan yang unik pada waktu itu. Akan saya katakan "ayo. Yuk". Saat dita mengajak saya hangout sore itu. Tapi yasudahlah.
Seperti yang dia katakan, mengenang masa lalu hanya akan menguras waktu dan tenaga.

Jika esok masih menjadi milik saya. Saya ingin mempergunakannya dengan sebaik mungkin. Saya ingin menikmati apapun yang terjadi. Karena sungguh, ada sesuatu yang berjalan begitu cepat, dan kita sering tidak menyadarinya, waktu.

Sabtu, 07 Januari 2017

Medical Check up

Halo Blog! Sabtu 7 Januari 2017 kemarin, untuk pertama kalinya saya mengikuti pemeriksaan kesehatan (medical check up), dari ujung kepala hingga ujung kaki pada salah satu laboratorium kesehatan ternama di Kota Cirebon.

Pagi-pagi sekitar Pukul 6, saya meminta mega adik saya untuk mengantar. Kami pergi menggunakan motor. Jalanan sangat lengang, dan udara sangat segar. Kalau kata alin bahagia itu sederhana, rasanya memang benar. Saya suka sekali jika berkendara motor. Ditambah udara sangat sejuk, membuat mukaku dingin karena diterpa angin. Dan juga karena saat itu sedang bersama mega, salah seorang kesayangan saya, membuat pagi itu benar-benar sempurna. Saya bahagia. 

Jam masih menunjukkan pukul 06.30 pagi, ketika kami sampai. Saya sungguh tercengang. Sepagi itu aktivitas di dalamnya sudah sangat sibuk. Para frontliner yang sudah cantik menyambut para pasien. Para dokter dan perawat yang sudah berlalu lalang, membuat saya malu. Saya berpikir cuma bankers yang sibuk. Dan itu salah hehe.

Nama saya sudah terdaftar. Dan tidak menunggu waktu lama, saya diminta untuk cek urin. Sejujurnya saya sangat kikuk, karena pengambilan urin harus ditemani perawat. Saya sempat meminta untuk sendiri saja, tapi dia menjelaskan itulah peraturannya. Setelah pengambilan urin, saya dipanggil ke ruangan rontgent, saya pun dirontgent. Setelah rontgent selesai, saya dipanggil ke ruang periksa jantung. Setelah periksa jantung, dilanjut dengan pemeriksaan darah, mata, gigi, ginjal, dan tulang.

Setelah semua rangkaian pemeriksaan selesai, dan tubuh saya sedikit mual karena pengambilan darah, saya pun duduk sendirian di luar ruang pemeriksaan. Saya memperhatikan sekitar. Banyak perempuan dan laki-laki yg menggunakan jas lab berlalu lalang. Sangat sibuk. Saya melihat ke samping, ada ruangan bersekat kaca. Di dalamnya ada PCR, mikroskop, tabung-tabung reaksi, dan banyak alat-alat analisa lainnya. Huwahh, pikiran saya melayang ke masa tiga tahun yang lalu. Pada masa itu saya juga menggunakan jas putih persis seperti yang mereka kenakan. Pada masa itu juga saya sering berteman dengan alat-alat yang ada di ruangan kaca itu. Saya jadi tersenyum. Betapa bersyukurnya saya diberikan kesempatan untuk belajar tentang itu. 

Lamunan saya pecah ketika ada pasien yang tergopoh-gopoh untuk diperiksa. Ada anak-anak, dewasa, dan manula yang sedang terlihat sakit memasuki ruangan pemeriksaan masing-masing. Betapa sehat memang mahal. Ya Allah betapa kesehatan adalah sungguh karunia yang sangat besar yang Engkau berikan.

Rasa mual pun sudah hilang. Saya langsung keluar menemui mega yang sudah lama menunggu di ruang receptionis.

Sekeluarnya saya dari tempat itu, diam-diam saya berbisik kepada Allah, berterima kasih karena telah memberikan saya kesempatan belajar di Institut Pertanian Bogor, belajar biokimia, dan diberikan karunia maha agung, yaitu kesehatan.

Kamis, 05 Januari 2017

CeritaJika#3 : Jika ada mesin waktu

Jika ada ilmuan yang berhasil menemukan mesin waktu, dan aku diberikan olehnya kesempatan untuk menggunakan benda itu sebentar saja, untuk mengulang beberapa peristiwa, aku mau. Karena ada beberapa masa yang aku sungguh merindukannya...

Untuk beberapa saat, aku ingin melihat diriku sewaktu kelas 6 Sd. Dimana saat-saat itu aku begitu haus akan ilmu pelajaran. Belajar ini dan itu, tanpa obsesi juara, tanpa tergila-gila kompetisi. Belajar ya belajar. Aku sangat mengagumi materi IPS yang membahas tentang negara-negara dari berbagai belahan dunia, pelajaran IPA yang membahas tentang organ-organ tubuh, dan terbata-bata belajar tensis bahasa Inggris. Saat itu rasanya begitu terpukau oleh keistimewaan ilmu pengetahuan. Pada masa itu duniaku hanyalah soal belajar saja. Hanya aku dan buku.

Kemudian aku ingin ke suatu masa dimana aku ditemukan dan dibersamakan oleh sahabat istimewaku, Dinasti. Allah sungguh Maha Penyayang dan Maha Kuasa. Dia membuat kami selalu bersama-sama semenjak kelas 1 SMP hingga di tanah rantau, Bogor.

Bersamanya, awal mula aku menciptakan impian maha agung kami bersama-sama. Kuliah di sorbonne, Prancis!!! Nyatanya, impian itu seperti batu bara yang slalu membakar semangat kami untuk rajin belajar dan terus berjuang. Aku ingat, saat-saat kami terpuruk dipermalukan oleh komentator lomba debat bahasa inggris. Hari sudah sore. Tempat kompetisi sudah sepi. Kami duduk berdua ditemani senja. Dan kami saling menguatkan. "Jangan menyerah Naz, suatu saat kita pasti bisa menaklukan panggung itu. Kita akan bisa jadi juara dan menyandang the best speaker! Aku yakin itu. Ini tidak ada apa-apanya di bandingkan Sorbonne Naz!" Kataku menyemangati. "Iya Nin, semangat!", dan kami saling tertawa setelahnya. Dan entah mengapa, senja jadi terlihat lebih indah.

Allah sungguh mendengar harapan-harapan kita ya Naz. Setelah itu jalan terasa lebih lancar. Kita memenangkan debating english beberapa kali dengan menyandang the best speaker! AllahuAkbar.

Soal kejadian konyol jangan tanyakan ada berapa jumlahnya. Banyak!!! Namun, selalu ada momen-momen yang mengharuskan kita menangis dan menunjukkan kelemahan kita. Aku masih ingat saat kami berdua berdiri di atap rusunawa, melihat lampu-lampu. Saat itu kita menangisi hal-hal yang menyedihkan hati kita. Betapa kita rapuh karenanya. Betapa hati kita terpuruk karena itu. Malam itu kita menangis, tapi kemudian saling menguatkan. Dan aku ingin sekali terbang ke momen itu. Momen penuh persahabatan.

Kemudian aku ingin terbang ke suatu masa dimana aku sedang dibersamakan oleh nisa. Aku juga begitu nyaman dengan dia. Banyak hal yang kami diskusikan dan tertawakan bersama. Dan itu sangat membahagiakan.

Sesungguhnya ada satu masa lagi yang aku juga ingin terbang ke dalamnya. Dan aku sangat merindukan masa-masa itu. Tapi aku takut, saat nanti waktuku untuk mencoba mesin itu telah usai, aku tidak ingin pulang. Karena aku yakin, aku sangat teramat bahagia pada masa itu. Dan aku tidak ingin itu selesai...

Selasa, 03 Januari 2017

CeritaJika#2 : Jika Suamimu dari Suku yang Berbeda

Apa? Kamu bertanya bagaimana bila suamimu nanti, berasal dari suku yang berbeda? Hmmm, bagiku tidak ada masalah. Kalian masih dalam negara yang sama kan? Setidaknya kalian masih memiliki bahasa nasional yang sama, bahasa Indonesia. Setidaknya kalian masih dibawah kepemimpinan negara yang sama. Seorang presiden yang sama. Setidaknya juga, makanan pokok andalan kalian juga sama, nasi.

Apa? Kamu bertanya bagaimana bila suamimu nanti, berasal dari suku yang berbeda? Hmm, bagiku tidak ada masalah. Temanku menikah dengan laki-laki berkebangsaan Jerman. Dia datang jauh-jauh ke kota yang ga akan pernah muncul di globe manapun, kota sumber. Melewati bentangan samudra. Menembus cakrawala. Mereka dapat menikah. Dan mereka terlihat serasi juga bahagia.

Apa? Kamu bertanya bagaimana bila suamimu nanti, berasal dari suku yang berbeda? Hmm, bagiku tidak ada masalah. Temanku di malang saat PKL dulu bertunangan dengan laki-laki berkewarganegaraan Turki. Turki lho..! Mereka makan roti dengan gulei. Beda banget dengan kita. Tapi aku liat dia nyaman-nyaman aja tuh.

Apa? Kamu bertanya bagaimana bila suamimu nanti, berasal dari suku yang berbeda? Hmm, bagiku tidak ada masalah. Dosen genetika dasar-ku di IPB pernah bilang kalau untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik, persilangan gennya pun harus lebih beragam. Varietas genetika. Dan salah satunya adalah dengan pernikahan beda wilayah, beda ras, beda suku, beda negara, dan beda-beda yang lainnya. semacam itulah. Maaf aku udah radaan lupa hehee..

Dan kamu bertanya bagaimana bila suamimu nanti berasal dari suku yang berbeda? Dengarkan aku ya. Selama dia laki-laki yang baik, maka semuanya akan baik-baik saja. Di awal-awal mungkin kamu akan merasa sangat kaku saat berkunjung ke tempatnya, ke keluarganya, ke daerahnya. Tapi karena dia laki-laki yang baik, dia tidak akan meninggalkanmu sendiri. Dia akan menemani kamu untuk beradaptasi, perlahan-lahan, sampai kamu merasa nyaman. Dan jangan lupa, lakukan juga hal yang sama untuknya, saat dia berkunjung ke tempatmu. Temani dia. Karena tidak ada yang lebih nyaman untuknya selain ditemani oleh mu. Cieeh :D

Dan tentang pertanyaanmu, bagaimana bila suamimu nanti berasal dari suku yang berbeda, jawabannya tidak lain adalah, selama agamanya baik, dan agamamu baik, maka semuanya akan baik-baik saja. Jadi tugasmu adalah memastikan bahwa dia adalah seorang laki-laki baik yang beragama baik :)
Good luck!!!

Senin, 02 Januari 2017

CeritaJika#1: Jika suami mu pekerja kantoran

Jika suami pekerja kantoran. Hmmm, saya rasa bukan suatu pekerjaan yang asing di jaman sekarang. Bahkan sudah teramat lumrah. Dia nantinya akan berangkat dari rumah pukul 7 pagi, dan akan pulang tidak kurang dari pukul 5 sore. Hampir 10 jam waktunya dia habiskan di kantor. Tidak bersamamu. Tidak juga bersama anak-anak

Tapi kamu jangan risau akan hal itu ya. Di kantor dia bekerja. Sibuk menyelesaikan proyek ini dan itu. Berusaha sekeras tenaga untuk dapat mengejar target. Dan lebih banyak berteman dengan komputer.
Kamu tahu tidak, bahwa dia nantinya akan memasang foto kamu dan anak-anak persis disebelah komputernya? Iya, foto kalian yang sedang tertawa lepas itu. Karena tiap kali penat, dan menoleh sebentar saja ke foto kalian, semangatnya langsung menjadi 100%. Dan dia akan melihat ke jam tangannya, lalu tersenyum dan bergumam sendiri, tidak sabar untuk pulang dan melihat kalian.

Nanti, tidak peduli di kota mana kalian akan tinggal, jam pulang kerja pasti akan slalu macet. Suamimu yang sudah bekerja 10 jam itu, pasti sudah sangat lelah. Tapi nanti, dia tetap akan menelfonmu dalam perjalanan, dan bertanya "kamu mau dibelikan apa? Anak-anak ingin dibelikan apa? Sebentar lagi aku sampai"

Sesampainya di rumah di pasti sangat kepayahan, dengan badan yang bau keringat. Tapi kamu tenang saja, dia pasti akan langsung buru-buru mandi lalu pergi ke masjid bersama anak-anak. Malamnya dia tetap akan meluangkan waktu untuk mengajari anak-anak pelajaran sekolah. walau mungkin caranya mengajari kaku. Dan setelah itu, dia hanya ingin menikmati secangkir teh berdua bersamamu. Menceritakan harinya, dan mendengarkan harimu. Berdua saja. selama yang kalian bisa. Walau besoknya dia harus bangun pagi-pagi lagi, tak masalah, karena kamu-lah energinya.

Kurang lebih akan seperti itu rutinitasnya. Tak usah risau. Karena selama agamanya dan agamamu baik-baik saja, semua juga akan baik-baik saja :)

Asrama IPB tetap di Hati

Tanggal 2 januari 2017 ini adalah hari cuti bersama. Alasannya tidak lain, adalah karena tahun baru jatuh di hari Minggu. Sehingga pemerintah memutuskan hari senin untuk liburan cuti bersamanya. Yeay!!! :D

Ceritanya iseng-iseng blog browsing. Dan nemu link ini:
http://www.hipwee.com/travel/asrama-yang-identik-dengan-hantu-orang-sebelah-kamu-anak-ipb-pasti-sudah-khatam-ceritanya/?utm_content=bufferb52f5&utm_medium=social&utm_source=facebook.com&utm_campaign=buffer

Link itu menceritakan sedikit tentang cerita horor yang terjadi di asrama IPB. Alih-alih fokus tentang cerita horornya, pikiran saya justru melayang jauh pada lorong pojok 8 A2 Asrama IPB.

Sungguh suatu anugerah yang luar biasa dari Allah, dimana orang rumahan yang tidak banyak bergaul dan berteman seperti saya, diberikan kesempatan untuk tinggal di asrama.

"Apa wajib kak? Apa ga bisa request langsung ngekost aja? Apa harus tinggal di asrama? Apa mungkin tinggal sekamar berempat? Gimana bisa belajar?" Itu beberapa pertannyaan yang saya ajukan pada salah seorang kaka kelas SMA yang juga menjadi mahasiswa IPB. Dia hanya menjawab "seru dek. Percaya deh!"

Dan tepat tanggal 28 Juni 2010, pukul 2 siang, untuk pertama kalinya, saya berdiri di depan asrama IPB A2. "Ya Allah, bisakah saya bertahan selama 1 tahun di sini?"

Dan taraaaaaaaa!!!!!
Asrama itu mempertemukan saya dengan teman-teman terrrrrbaik. Tania si rajin belajar, via si setia, nisa si satu frekuensi, hagia si bijaksana, kiky si suka curhat, mimi yang kocak, nita dan achul yang suka tidur, cantika yang rajin ibadah, dan masih banyak lagi. Mereka adalah teman-teman teristimewa pojok 8. Disebut pojok, karena empat kamar di lorong pojok delapan dipisahkan dengan kamar yang lainnya oleh tikungan yang menuju kamar mandi. Jadi 4 kamar ini ikatan pertemanannya bisa dibilang lebih solid. Ceileh :D

Jujur tidak ada kehororan yang saya alami di A2. Namun pernah ada suatu kejanggalan yang saya alami di rusunawa, bersama sahabat saya Dinasti.

Ketika itu weekend. Asrama sepi. Banyak yang pulang ke rumah, atau menginap di rumah saudaranya. Saya menginap di kamar naz, panggilan untuk dinasti, di rusunawa lantai 4. Kami hanya berdua di kamar. Setelah isya kami memutuskan untuk maraton nonton serial film chibi maruko chan di laptop. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Setelah menuntup jendela kami berlanjut mengobrol hingga pukul 2 pagi. Ditengah-tengah kami mengobrol, tiba saja ada seseorang yang menyorotkan lampu senter tepat hingga cahayanya masuk ke dalam kamar dan mengetuk jendela. cahaya senter itu lurus sekali masuknya k dalam kamar. Kami pikir itu satpam yang menyuruh kami untuk tidur. Namun paginya kami berdua sama-sama berpikir, bagaimana bisa cahaya senter tepat lurus masuknya ke dalam kamar? Seperti senter itu tepat di depan jendela. Itu lantai 4 kan? Kalau senter disorot dari bawah maka cahayanya ga akan lurus kan? Lalu yang mengetuk jendela??? Entahlah. Terlalu takut kami untuk melanjutkan praduga waktu itu...

Suka dukanya di asrama pasti ada. Tapi entah mengapa, yang hanya saya ingat adalah suka-nya saja. Kekonyolan, kekompakan, persahabatan, bahkan persaudaraan, saya rasakan di sana. Asrama IPB akan selalu memiliki tempat di hati saya.

Dan Ya Allah, saya sungguh merindukan asrama IPB, merindukan kampus IPB, merindukan tanggut, merindukan gedung fapet, GWW, bara, hujannya, dan teman-teman terbaik saya. Semoga Engkau memberikan saya kesempatan untuk bisa mengunjungi Bogor dan kampus IPB, berdua bersama teman hidup saya. Aamiin.